Faktor-faktor Penyebab Konflik Sosial: Perbedaan Individu hingga perubahan Nilai yang Cepat

Faktor-faktor Penyebab Konflik Sosial: Perbedaan Individu hingga perubahan Nilai yang Cepat

Konflik adalah perselisihan atau pertentangan.

Dikutip dari Buku SMP/MTS IPS Kelas VIII (2017) oleh Mukminan, misal konflik pada group dan kelompok adalah konflik para pedagang kaki lima bersama dengan para petugas ketertiban.

Konflik antarkelompok terhitung bakal berwujud konflik antarsuku, antarbangsa, atau antarnegara.

Perjuangan negara Palestina melawan penguasaan Israel pada dikala sekarang merupakan tidak benar satu wujud konflik antarnegara.

Baca termasuk Mengenal Pencemaran Air dan faktor Penyebabnya: Limbah Industri, tempat tinggal Tangga, dan Pertanian

Baca termasuk Mengenal dampak Positif dan Negatif dari Globalisasi, berikut Penjelasannya

Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial

1) Perbedaan Individu

Manusia adalah individu yang unik.

Jangankan manusia yang tidak sama orang tua, suku, dan ras, manusia yang lahir dari dalam satu rahim pun resmikan banyak perbedaan.

Meskipun secara fisik sekilas identik seperti di dalam kasus bayi kembar, belum tentu pendirian dan perasaan ke dua kembar selanjutnya sama.

Perbedaan pendirian dan perasaan dapat sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini bakal jadi faktor penyebab konflik sosial.

Sebab, didalam merintis pertalian sosial, seseorang tidak selalu Sejalan bersama kelompoknya.

Sebagai misal para siswa didalam satu kelasmu pasti tidak sama tanggapannya disaat mendengarkan musik dangdut.

Ada yang mulai terganggu sebab suara gendang, sedang hadir pula yang jadi terhibur.

2) Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan

Orang dibesarkan di dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda.

Dalam lingkup yang lebih luas, beraneka grup kebudayaan bisa saja membuka nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berbeda-beda.

Perbedaan-perbedaan inilah yang akan mendatangkan konflik sosial, karena beberapa syarat mengenai sopan-tidak sopan, pantas-tidak pantas, atau bahkan bermanfaat atau tidak bergunanya sesuatu baik itu benda fisik maupun nonfisik dapat berbeda-beda.

3) Perbedaan Kepentingan

Konflik perbedaan kepentingan contohnya layaknya yang terjadi dikala pembangunan bandara di Kulon Progo, Yogyakarta.

Pemerintah dan pebisnis sangat percaya pembangunan bandara di Kulon Progo dapat tingkatkan ekonomi masyarakat.

Namun, sebagian masyarakat tidak sepakat karena risau lahan pertanian
akan hilang, ganti rugi tidak cukup paham dan bermacam alasan lainnya.

Peristiwa ini melukiskan perbedaan kepentingan di dalam pembangunan.

Dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah menghadapi beraneka group yang memiliki kepentingan berbeda.

Saat ini, sering menemukan berbagai kasus pembangunan di lebih kurang media tinggalmu yang menyebabkan konflik gara-gara perbedaan sikap pada pemerintah dan warga.

Bentrokan keperluan akan terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya.

Hal ini gara-gara tiap tiap individu resmikan kebutuhan dan kepentingan yang berbeda
dalam lihat atau melaksanakan sesuatu.

Manusia memiliki perasaan, pendirian, maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

Dalam selagi yang bersamaan tiap-tiap orang atau grup membuka kepentingan yang berbeda-beda.

Kadang-kadang orang akan lakukan hal yang sama sedang untuk target yang berbeda-beda.

Konflik akibat perbedaan kepentingan ini bakal pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.

Begitu pula akan terjadi antarkelompok atau pada group dan individu.

4) Perubahan-perubahan Nilai yang Cepat

Perundang-undangan atau ketentuan yang sifatnya merubah tradisi penduduk beberapa dijalankan melewati berbagai kajian lebih-lebih dahulu.

Hal ini dikerjakan supaya masyarakat tidak kaget dengan pergantian yang tiba-tiba terjadi.

Sebagai misal ketetapan merokok di media umum.

Pemerintah tidak segera memberlakukannya di semua masyarakat Indonesia, tetapi di beberapa fasilitas yang terbatas terutama dahulu, lalu perlahan-lahan konsisten meluas dalam rangka memberi peluang kepada masyarakat untuk sadari aturan tersebut.

Perubahan adalah suatu hal yang lazim dan lumrah berjalan namun jikalau berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan itu akan menyebabkan konflik sosial.

Suatu konflik punya kecenderungan atau kali saja untuk mengadakan penyesuaian ulang norma-norma dan hubungan-hubungan sosial didalam grup terkait bersama keperluan individu maupun bagian-bagian group tersebut.

Akibat-akibat Konflik Sosial

Pertempuran Surabaya tahun 1945 merupakan keliru satu semisal akibat terjadinya konflik antarnegara.

Sekutu, Belanda, dan Indonesia adalah group yang terlibat dalam histori tersebut.

Pertempuran yang menyebabkan ribuan pejuang Indonesia gugur selanjutnya tentu tidak nampak tiba-tiba, tetapi melewati beraneka pertentangan dan peristiwa-peristiwa lainnya.

Peristiwa selanjutnya dapat menggambarkan keliru satu akibat berasal dari adanya konflik.

Berikut ini merupakan akibat terjadinya konflik sosial:

1) Meningkatnya Solidaritas Sesama bagian Kelompok

Dalam persoalan histori pertempuran Surabaya, para pejuang tidak mengacuhkan perbedaan suku, agama, organisasi politik, dan sebagainya.

Mereka bahu-membahu melawan Inggris (Sekutu).

Terjadinya konflik bersama kelompok lain justru bakal meningkatan solidaritas sesama bagian grup (in-group solidarity) yang namun mengalami konflik bersama dengan grup lain.

2) Retaknya pertalian Antarindividu atau Kelompok

Konflik yang berlangsung antarindividu atau antarkelompok dapat mengakibatkan keretakan hubungan.

Keretakan selanjutnya dapat berjalan sesaat ataupun permanen.

Kalian mungkin dulu konflik bersama temanmu, yang menyebabkan dalam sebagian saat tidak terjalin pertalian yang baik.

Namun, dikarenakan sesudah itu saling sadari kekeliruan kalian berdua pada akhirnya saling memaafkan.

3) Terjadinya perubahan Kepribadian para Individu

Perubahan kepribadian bakal berjalan pada ke dua belah pihak yang mengalami
konflik.

Kedua belah pihak bakal saling menyesuaikan atau justru tiap-tiap mempertahankan kebenaran yang diyakini.

4) kerusakan Harta Benda, apalagi Hilangnya Nyawa Manusia

Konflik yang berujung antara kekerasan fisik akan menyebabkan kerusakan dan hilangnya nyawa manusia.

Sebagai misal konflik yang diakhiri dengan peperangan.

5) Terjadinya Akomodasi, Dominasi, apalagi Penaklukan keliru Satu Pihak yang Terlibat

Cara mengatasi Konflik

Terdapat 5 (lima) cara yang beberapa digunakan individu atau group didalam menyelesaikan konflik sosial.

1) Menghindar

Kadang orang terasa tidak hadir manfaatnya melanjutkan konflik dengan orang
atau group lain.

Hal ini barangkali disebabkan kepercayaan bahwa dia tidak dapat menang hadapi konflik.

Dalam perihal ini, dia mengorbankan target pribadi ataupun hubungannya dengan orang lain.

Orang ini mengusahakan menghindarkan persoalan yang menimbulkan konflik ataupun orang yang bertentangan dengannya.

2) Memaksakan Kehendak

Terdapat individu atau group yang melihat bahwa pendapatnya atau idenya paling benar.

Oleh gara-gara itu, bersama dengan segala langkah konflik perlu berakhir bersama dengan kemenangan di pihaknya.

Karena itu, dia atau mereka mengupayakan menguasai lawan-lawannya dan memaksa lawan menerima penyelesaian yang diinginkan.

Tujuan pribadinya diduga sangat sangat penting sedangkan jalinan dengan orang
lain kurang begitu penting.

Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain.

Ia tidak acuhkan apakah orang lain menyukai dan menerima dirinya atau tidak.

Ia berasumsi bahwa konflik harus diselesaikan bersama langkah satu pihak harus
menang.

3) menyesuaikan hasrat Orang Lain

Terdapat individu yang pingin di terima dan disukai orang lain.

Ia terasa bahwa konflik wajib dihindari demi keserasian (harmoni) dan ia sangat percaya bahwa konflik tidak akan dibicarakan seumpama menyebabkan kerusakan pertalian baik.

Ia risau seandainya konflik berlanjut, seseorang akan terluka dan hal itu dapat menghancurkan pertalian privat bersama dengan orang tersebut.

Ia mengorbankan tujuan pribadi untuk mempertahankan interaksi dengan orang lain.

4) Tawar Menawar

Dalam proses tawar-menawar, individu dapat mengorbankan beberapa tujuannya dan berharap lawan konflik mengorbankan beberapa tujuannya juga.

5) Kolaborasi

Kolaborasi memandang konflik sebagai problem yang wajib diselesaikan.

Atas dasar itu, dicarilah cara-cara untuk mencari cara mengurangi ketegangan ke-2 belah pihak.

Ia berupaya mengawali suatu hal pembicaraan yang bakal mengenali konflik sebagai suatu persoalan dan melacak pemecahan yang memuaskan keduanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *